jump to navigation

MENITI HARAPAN DI LANGIT KEJUJURAN (Part 2) Oktober 18, 2012

Posted by elindasari in Lain-lain, Renungan.
7 comments

“Yok kita kemas-kemas pulang, ambil fotonya sudah bereskan !” ajak suamiku yang sedari tadi mengamati aku dan Ikbal. Tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya ke arah kami bertiga yang sedang mengambil motor yang kami parkir tak jauh dari situ. “Ibu, Bapak, terima kasih banyak yah sepedanya, ma’af anak-anak saya sudah merepotkan !”.

“Saya Mpok Sumi, ibunya Fahri dan Alif”, ujar wanita paruh baya itu sambil memperkenalkan diri. “Ayo, ibu, bapak, mampir sebentar ke rumah saya”. “Rumah saya dekat sini !”, pinta wanita itu lagi kepada kami dengan sopan dan mimik yang sangat berharap, sehingga kami enggan untuk tidak mengabulkan permintaanya. Lalu setelah mengambil “Mio”ku dan “Shogun” suamiku, kami bergegas singgah ke rumah wanita yang kami kenal dengan nama Mpok Sumi ini.

Ternyata mpok Sumi ini adalah seorang penjual nasi uduk dan lontong sayur yang bermodalkan sebuah meja kecil ala kadarnya di teras depan rumahnya yang mungil. Dari jendela kulihat seorang bocah kecil lainnya, yang sedang tertidur pulas di dalam ayunan kain. “Ibu, bapak, kenalkan ini ibu saya “Mbok Ati” dan yang dalam ayunan itu anak saya yang paling kecil “Yusuf” !”, ujar mpok Sumi lagi. “Ini pak, bu silahkan diminum airnya !”. “Mau saya hidangkan nasi uduk ?”, tawar mpok Sumi kepada kami. “Sudah mpok Sumi tidak usah repot-repot, mpok !”, jawabku singkat.
Kulihat putra kecilku dan suamiku mengamati keadaan seputar rumah ini. Sebuah rumah yang sangat sederhana. Tapi meski demikian, saya merasakan kehangatan dan keramahan penghuninya. Fahri dan Alif pun sudah berada di teras depan rumahnya. Ternyata mereka bocah yang baik dan rajin.

Sehabis bermain mereka turun tangan membantu ibu dan nenek mereka. Kecil-kecil sudah bisa meringankan pekerjaan ibunya dengan membawa beberapa nampan gorengan ke meja depan rumah untuk dijual. Hem, ternyata boleh juga kerjasamanya. Mbok Ati membantu menyelesaikan menggoreng gorengan sebagai tambahan jajanan, sambil sesekali menggenyot ayunan kain untuk Yusuf. Sedangkan Alif dan Fahri kembali membawa piring dan gelas kotor ke belakang rumah berikut nampan yang sudah kosong. Mpok Sumi sendiri selesai masak lontong sayur, langsung kembali menjaga dagangannya dan melayani pembeli di teras depan rumahnya.

“Maaf ya pak, bu saya sambi kalau ada yang beli !”, ujar mpok Sumi meminta izin. “Silahkan, mpok !”, jawabku singkat. “Sekali lagi terima kasih yah pak, bu, Ikbal, anak-anak saya sudah merepotkan !”, ulang mpok Sumi lagi kali ini dengan nada yang sedikit terisak. “Iya mpok, sama-sama !”, ulangku lagi untuk menyakinkan kalau kami sekeluarga benar-benar merasa tidak direpotkan.

Sebersit kuamati ada kesedihan di raut muka wanita paruh baya ini. Setelah ngobrol-ngobrol dengan Mpok Sumi, Mbok Ati, juga dengan Fahri dan Alif, kami jadi tahu kalau ayah dari mereka sudah tidak bisa menafkahi mereka sejak beberapa tahun silam, karena sudah menghadap Sang Pencipta. Ayah Fahri, Alif dan Yusuf sudah tiada sejak Yusuf masih dalam kandungan. (Yusuf sekarang berusia +/-2 tahun).

Mpok Sumi menceritakan kisah duka keluarga ini kepada kami sambil terisak. Suaminya bernama Harun adalah sosok suami yang tekun beribadah, jujur, penuh dedikasi, tanggung jawab, dan tidak pernah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum. Hanya saja suaminya adalah pegawai kecil bagian gudang dari sebuah perusahaan pelayaran, meski bapak Harun sudah mengabdi selama hampir 20 tahun. Namun sayang, suatu ketika bapak Harun terbawa masalah material gudang. Hasil vonis pengadilan menvonis hukuman penjara selama 5 tahun, karena bapak Harun dituduh melakukan tindakan penggelapan material gudang tempatnya dulu bekerja. Tetapi karena suatu persekongkolan dan fitnah rekan kerja mereka yang lain, malah pak Harunlah yang dijadikan tertuduh.

Sebenarnya bukti-bukti pendukung tidak mengarah ke bapak Harun, tapi karena permainan pengadilan di negeri ini bisa diputar balikan, posisi pak Harun menjadi lemah. Dia harus menanggung tuduhan tersebut hingga dijebloskan ke penjara. Malang tak dapat ditolak, didalam penjara pak Harun menderita sakit TBC yang sangat parah, hanya berselang 9 bulan ajal menjemputnya di rumah tahanan. Tapi setelah 2 bulan pak Harun meninggal dunia, pihak pengadilan memberitahukan ke keluarga bahwa pak Harun dibebaskan dari vonis dengan alasan korban bersih / korban salah tangkap, bapak Harun dinyatakan tidak bersalah, dan mereka berjanji akan membersihan nama baik beliau. Masya ALLAH…

Tapi nasi sudah menjadi bubur, meski vonis pengadilan menyatakan demikian, kenyataannya masyarakat sekitar mereka telah terlanjur meremehkan mereka. Alharhum Pak Harun yang dulunya, sebelum dijebloskan ke penjara dikenal sebagai sosok yang dihormati karena memilki pribadi yang baik, sederhana, penuh integritas sudah terlanjur tercoreng. Sehingga akhirnya mpok Sumi, ibunya dan ketiga anaknya memutuskan mereka harus hijrah dari kota mereka dulu.

Mereka mulai menetap di daerah ini untuk memulai lembaran baru hidup mereka, meski tetap lewat kerabat mereka yang masih peduli dan prihatin atas penderitaan mereka dan mempercayai mereka.

Untuk menghidupi ketiga anak dan ibunya, mpok Sumi harus bangun dini hari untuk berbelanja, menyiapkan semua masakan untuk dagangannya, juga tetap harus menjaga ketika bocah tersebut. Maklum mpok Ati hanya bisa membantu sebatas pekerjaan-pekerjaan kecil saja, karena usianya sudah tua. Aku dapat merasakan getar-getar kerja keras Mpok Sumi buat menghidupi ketiga buah hatinya dan ibunya yang sudah tua. Meskipun dengan modal dan peralatan seadanya, wanita paruh baya ini menempuh kehidupan tanpa rasa kenal lelah. Sungguh aku terharu, sangat terharu dan prihatin atas perjuangan hidup mereka.

“Mpok Sumi, mbok Ati, Fahri, Alif !”. “Kami mohon pamit dulu yah !”, ujar kami bertiga untuk berpamitan. “Kapan-kapan kami singgah lagi untuk makan nasi uduk dan lontong sayur !”, ujar suamiku untuk menghibur agar mpok Sumi tidak lagi bersedih. “Kalau ada waktu main ke rumah Ikbal yah !”, ajak putra kecilku kepada Fahri, Alif dan Yusuf yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.

Dalam perjalanan pulang dari petualangan memotretku kali ini, lagi-lagi aku menemukan pelajaran yang aku nilai sungguh berharga untuk membuka mata hati. Aku sudah bertemu dua sosok wanita “Mpok Sumi dan Mbok Ati “, yang menurut pandanganku sangat tegar, dalam mengarungi kerasnya kehidupan ini. Mereka tetap berjuang keras agar dapat menghidupi ketiga buah hatinya tanpa kenal lelah, bersama seorang ibunya yang sangat disayanginya. Meski mereka sempat dikucilkan atas perbuatan yang tidak pernah dilakukan almarhum suaminya.

Perjuangan hidup mereka memang keras bagai intan, tapi saya yakin semangat kegigihan mereka untuk mengukir harapan dan terus memperjuangkan hidup dijalan kebenaran tak terpatahkan seperti berlian.

Kejujuran memang awal dari sebuah keindahan, meski terkadang pahit dan menyakitkan. Namun, tidaklah mudah untuk menjadikan kejujuran sebagai pondasi hidup. Mampukah kita jujur pada hati kita sendiri, sebelum kita jujur pada orang lain. Karena kita tidak akan pernah bisa jujur kepada orang lain sebelum kita berani jujur kepada hati kita sendiri.
Percayalah pada akhirnya kejujuran itu akan menuntun kita pada kebajikan.

“Semoga Tuhan selalu membukakan jalan kemudahan bagi mereka !” Amien.

tamat

MENITI HARAPAN DI LANGIT KEJUJURAN (Part 1) Oktober 18, 2012

Posted by elindasari in Lain-lain, Renungan.
add a comment

Untuk melepas kepenatan yang mendera akhir-akhir ini, sengaja pagi ini aku mengajak putra kecilku “Ikbal” yang berusia 5 tahun, berkeliling di area seputar kawasan tempat tinggalku. Meski tempat tinggalku dikawasan perumahan yang terbilang cukup bagus, tapi dilingkungan sekitarnya masih banyak rumah penduduk asli yang masih sederhana dengan area persawahan yang masih lumayan luas. Aku pikir tak ada salahnya kali ini aku mengajaknya serta, mumpung beberapa hari ini sekolahnya libur, jadi Ikbal kecil tidak berangkat ke sekolah. Sedangkan suamiku pagi ini, sepertinya lagi serius menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah berpamitan dengan suamiku, aku dan Ikbal langsung meluncur dengan motor “Mio”ku. Sambil resfreshing, tentu saja aku tetap menyalurkan hobi baruku. Berbekal sebuah camera untuk mengabadikan foto-foto unik yang ada di seputar perumahan dan satu tas punggung ukuran sedang berisikan makanan kecil dan minuman ringan buat kami nikmati. Begitulah aku, selalu saja ada ideku bila aku sedang enggan melukis atau bosan terhadap kesibukan rutinitas kantor yang aku geluti.
Motor mioku kuarahkan menyusuri jalan-jalan dikawasan pinggir kali tak jauh dari tempat tinggal kami. Sengaja aku mengendarai motor“Mio”ku secara perlahan, sambil beberapa kali berhenti sejenak ditempat-tempat yang menurutku bagus untuk dibidik panoramanya karena masih terlihat alami.

Tak berselang lama, tiba-tiba aku tertarik pada sekelompok bocah-bocah kecil yang sedang asyik bermain kereta dorong. Lalu kuputuskan untuk berhenti dan memarkir “Mio”ku tak jauh dari situ. Kusuruh putra kecilku berdiri di beberapa sisi yang kuanggap bagus, dan dalam sekejap tanganku dengan lincah memainkan kamera dan mengambil berbagai objek photo yang ada.

Putra kecilku yang jago bergaya langsung memamerkan beberapa aksinya yang lucu. Lapang rumput yang masih basah karena embun, sekelompok bocah-bocah kecil yang sedang asyik bermain, dan anak ayam tak luput dari bidikanku. Pokoknya bagus, begitulah gumanku seketika aku merasa puas dengan hasil review jepretanku dari camera.
Tapi tiba-tiba keasyikan memotretku terusik oleh isak tangis seorang bocah bertubuh agak bonsor di sudut pohon Akasia. Kudengar isaknya sepertinya tak kunjung berhenti sedari tadi. Karena penasaran aku coba meghampiri bocah itu. “Ada apa dik, mengapa menangis, habis berantem dengan mereka yah ?” tanyaku penasaran dan merasa kasihan melihatnya. Tapi bocah bertubuh bongsor itu hanya menggeleng. Hanya menggeleng, dan tetap menggeleng, meski aku sudah 3 kali menyapanya dengan pertanyaan yang sama. Bibir bocah itu tetap saja membisu.

Tapi aku coba amati, isak tangis bocah ini jadi agak mereda setelah aku bertanya terakhir tadi. Hanya sesekali masih kudengar isaknya. Meski begitu, air matanya tetap saja mengalir, membasahi pipinya yang lumayan bulat. Melihat bocah bongsor tersebut masih sedih, Ikbal, putraku tak kalah sibuk ikut penasaran dan mencoba ikut membujuknya.
“Iyah, sudah jangan nangis yah, aku ada coklat dan permen untuk kamu, tapi kalau saya kasih kamu jangan nangis lagi yah !”, ujar putra kecilku dengan gaya bahasa anak-anaknya yang khas dan terdengar sopan.
Ternyata benar, tak lama berselang setelah bujukan manis Ikbal, bocah berbadan bongsor itu menghentikan isak tangisnya dan mulai menikmati permen dan coklat pemberian putraku. Hahaha, aku mulai tertawa dalam hati dan mengacungkan jempol atas kebaikan tindakan malaikat kecilku yang mujarab. Lalu bocah itu berlari kecil ke sisi lain, sambil tetap melihat teman-teman mereka yang lain yang sedang asyik bermain.

Sengaja kuamati mereka dari agak jauh. Kubiarkan kaki putraku ikut berlarian menyusul bocah berbadan agak bongsor tadi menuju sebuah pohon lain yang lebih rindang, agar dia bisa bersosialisasi dengan mereka. Kulihat bocah-bocah lain yang tengah beristirahat karena kelelahan bermain kereta dorong dan sepeda kecil yang sudah tua. Hati kecilku bergumam “Ah, biarlah putraku kenal dengan anak-anak kampung daerah sini, merasakan kebebasan sebagai bocah kampung yang apa adanya dan dengan mainan seadanya !” lagi-lagi aku bergumam dalam hati.

“Mama, mama, semua permen, coklat dan kuenya aku bagikan untuk teman-teman yah ?”, teriak putra kecilku menghampiri aku yang masih asyik memotret. “Ya, Ikbal makan dan bagi dengan teman-teman semua yah sayang !”, jawabku sebagai tanda setuju.

Kulihat tangan kecil Ikbal dengan lincah membagikan permen, coklat dan kue yang tadi kami bawa, buat teman-teman barunya. Aku tertegung sejenak, hem, lumayan juga disini. Masih lumayan hijau, masih alami. Pohon-pohonnya masih lumayan banyak. Tapi sayang sepertinya penduduk disini kehidupannya kontras sekali dengan keadaan perumahan yang telah berdiri mengepungnya.

Disini masih berdiri bangunan-bangunan sederhana. Kebanyakan bangunan mereka masih berdindingkan setengah bata. Atapnyapun hanya genting dan seng yang sudah dimakan usia. Gaya bangunan tempo dulu. Hanya satu dua saja menurutku cukup lumayan. Masih tampak sangat sederhana.
“Ma, ini Fahri ma !, tiba-tiba putraku menghampiriku dan membuat aku agak terperanjat dari keasyikanku memotret dan sesekali tertegung. “O, namanya Fahri ?”, sapaku kepada bocah yang bertubuh bongsor yang sempat menangis tadi. Ternyata putraku sudah berkenalan dan telah sempat bermain kejar-kejaran dengan Fahri. “Iya, tante, aku Fahri dan dia Alif !”, ujarnya mengenalkan seorang bocah lagi, yang akhirnya kutahu kalau dia (Alif) adalah adiknya Fahri.

“Nah, sekarang kalian berdiri disitu, nanti tante foto !”, pintaku pada Ikbal, Fahri dan Alif. “Satu, dua, tiga, yes !”, ucapku tanda ekspresi mereka sudah bagus. “Rumahmu dimana Fahri”, tanyaku ingin tahu pada bocah ini.

“Disana, yang jualan nasi uduk !”, jawab bocah ini sambil menujukkan sebuah tempat yang berada tak jauh dari situ. “Yang itu yah !”, tanyaku lagi setengah menyakinkan perkiraanku agar tak salah. “Iya, yang dekat pohon rambutan itu !”, ujar bocah ini yang kelihatan mulai riang.
“Tadi kenapa kamu menangis ?”, tanyaku masih penasaran pada bocah ini. “Hemmm…aku nggak dibolehin naik kereta dorong sama temen-temen”. “Fahri dan Alif mau pinjem sepedanya Ipan juga nggak boleh !”, ucap bocah ini polos sambil memainkan ujung baju kaosnya yang mulai kotor karena tanah.
Lalu kupangku putra kecilku yang sudah mulai lelah berlarian di lapang rumput. Sambil mengusap keringatnya aku berkata, “Sayang, sepedamu yang ada stiker Batmannya dirumah masih suka nggak ?”.

“Em, emang kenapa ma ?”, bibir putra kecilku balik bertanya. “Gini, Ikbal kan sudah punya lagi, sepeda United yang baru dari papa dan mama bulan lalu, nah kalau Ikbal sudah tidak pakai lagi sepeda yang ada stiker Batmannya, gimana kalau sepeda itu kita hadiahkan saja ke temanmu !”, aku mencoba memaparkan maksudku dengan hati-hati.

Ternyata diluar dugaanku, putra kecilku langsung setuju. Bahkan dia langsung memberikan ide kalau sepeda miliknya yang berstiker batman, yang kebenaran sudah tidak pernah dipakainya bermain, ke teman pilihannya. “Ma, kalau sepeda Batmanku aku berikan buat Fahri dan Alif, mama boleh nggak ?”, putra kecilku malah balik meminta persetujuanku saat itu juga. “Benar, Ikbal mau kasihkan sepeda Batmannya buat Fahri dan Alif, sayang?”, tanyaku lagi karena aku ingin meyakinkan lagi bahwa itu murni keinginan dari malaikat kecilku.

“Iya, nggak apa-apa Ma, Ikbal sudah punya sepeda United yang baru, sepedaku yang lama aku kasih buat Fahri dan Alif saja, karena mereka pengen banget punya sepeda !”, jawab putraku dengan mimiknya yang polos.
“Ok, kalau begitu mama mau telpon papa supaya papa menyusul kita disini sekalian bawa sepeda stiker Batman untuk Fahri dan Alif, setuju ?”, tanyaku lagi. Lalu tanpa buang waktu, akupun menelpon suamiku untuk menyusul kami disana dan sekalian minta dibawakan sepeda berstiker Batman kepunyaan Ikbal. Akupun tak lupa menceritakan secara singkat maksud dan tujuan putra kecil kami. Ternyata suamikupun setuju dan tertarik untuk datang menyusul.

Tak lama berselang, suamiku datang membawa sepeda stiker Batman yang kami minta. “Nah, ini pesanannya datang !”, ledek suamiku setengah bercanda kepada aku dan putra kecil kami. “Nanti kalau pulang di rumah Mama dan Ikbal pijat papa yah, abis papa pegel nih bawa sepeda pakai motor !”, ledek suamiku yang datang pakai motor “Shogun”nya.
“Beres bos !”, Ikbal kembali ngededek papanya. “Ayo panggil Fahri dan Alif !”, mintaku pada Ikbal. “Fahri, Alif kemari !”, teriak Ikbal sambil berlari kecil kearah mereka yang sedang menggambar di tanah yang rumputnya gundul dengan potongan ranting pohon. Tak lama kedua bocah itu bersama putraku datang ke arahku.

“Fahri, Alif, ini sepeda buat kalian berdua dari Ikbal !”. “Kalian mau menerimanyakan ?”, ucapku pada mereka. “Mau banget tante !”. “Terima kasih tante, Ikbal !” ujar mereka lagi dengan mimik muka yang merah merona karena senang. “Ayo bawa sepedanya, dan ajak teman yang lain untuk bermain bersama yah !”, pesanku pada kedua bocah itu.

(Ah…benar-benar pengalaman yang indah dan membahagiakan karena putra kecilku sudah mau berbagi dan peduli terhadap teman barunya).

bersambung ….

Be a Smart Writer ! September 23, 2011

Posted by elindasari in Belajar, Lain-lain.
Tags: , ,
31 comments
be a smart writer

be a smart writer

Menurut pengamatan saya, ada 3 cara ampuh untuk menjadi penulis yaitu:
1. Menulis
2. Menulislah
3. Menulislah !
Saya tidak ingat persis siapa yang pertama kali mengatakan 3 cara ampuh untuk menjadi penulis seperti di atas.

Namun, saya yakin bahwa 3 cara tersebut memang benar-benar ampuh untuk melahirkan penulis, menjadi penulis yang diartikan sebagai “orang yang menulis”.

Menurut Scoot Edelstein, penulis buku “30 Steps to Becoming a writer and getting published” juga dalam bukunya “100 Things Every Writer Needs to Know “ beliau mengatakan bahwa “Anyone who writes is a Writer !” (Siapa pun yang menulis dapat disebut penulis).

Bahkan, dengan tegas beliau juga menyebutkan bahwa jika ada yang mengatakan bahwa:
“You only become a real writer after you’ve published three books”
atau
“After you’ve written your first million words, then you can call yourself a writer”
bahkan,
“Oh, so you have a day job and write at night ? you’re really a hobbyist not a writer” ,

mereka itu adalah komentator ulung yang hanya bisa mengomentari !.

Beliau mengatakan bahwa:
“These sorts of pronouncements and judgments are all nonsense-and arrogant nonsense, at that !”

Tapi singkat cerita, pernyataan-pernyataan tersebut, ternyata berdampak melahirkan beberapa pertanyaan dalam benak saya:

Apa yang harus saya tulis?

Bagaimana cara menuliskannya?

Nah, Kalau sudah lahir pertanyaan seperti diatas, maka obat mujarab yang paling sering saya lakukan adalah “Mencoba menulis apa saja dan bagaimana pun caranya !”.

Nggak peduli saya mau menulis tentang apa / topik apa dan caranya. Pokoknya nulis aja….hehehe…

Saya juga pernah mendengarkan kata-kaya bijak berbunyi:
“Tulislah apa yang sedang kamu pikirkan, jangan pikirkan apa yang sedang kamu tulis !”

Terus terang dari pengalaman saya, kata-kata bijak tersebut terbukti benar. Tanpa saya sadari, saya dapat menulis lebih lancar dari biasanya.
Jika sebelum mendengarkan kata-kata itu, saya hanya mampu menulis selembar dua lembar bahkan hanya sebaris hingga dua baris saja.

Tapi setelah mendengar kata itu saya mampu menulis lebih banyak dari biasanya. Saya semakin bergairah dan termotivasi untuk terus menulis dan menulis. (meski jujur terkadang aktivitas ini agak terhalang juga karena beberapa aktivitas yang sangat prioritas yang harus saya lakukan terlebih dahulu).

Tetapi, seiring dengan waktu, sepertinya ada saja yang menghambat dalam diri saya. Tak jelas apa hambatan itu. Yang jelas, saya mulai bertanya-tanya kembali:

Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas?

Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya?

Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis?

Akhirnya saya mencoba mencari tahu bagaimana sebaiknya saya lakukan utk menjawab tantangan itu dengan browsing beberapa artikel dan saya akhrnya saya dpt menemukan beberapa artikel di web tentang :
“Cara Taktis Menulis Buku”

Dari uraian artikel-artikel tersebu, saya dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini.
Rahasia Taktis menulis, ternyata bukan hanya Motivasi saja !

Yang harus kita lakukan selain MOTIVASI adalah melakukan Tahap demi Tahap dalam menulis, sehingga kita bisa menjadi seorang penulis, bukan cuma menulis-menulislah-menulislah (hahaha…)

Tahapan Proses standar menulis dapat dikatagorikan menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Prewriting: Think and Plan
2. Drafting: Write and Draw
3. Revising: Making your writing better
4. Editing: Fix your mistakes
5. Publishing: Share your writing !

Jujur, saya sempat terkesimah setelah membaca tahapan proses standar menulis ini.

Ternyata, tiga cara ampuh yang pernah saya terapkan itu ternyata belum mampu mengakomodir 5 proses di atas.

Tiga cara ampuh untuk menjadi penulis itu belum dapat menjawab:
– untuk apa kita menulis,
-untuk siapa kita menulis,
-bagaimana kelak tulisan tersebut jika telah jadi
– dan pertanyaan prewriting.

Tiga tahapan yang sudah saya lalukan yaitu : Menulis-Menulislah-Menulislah ! belum memasuki tahap “making your writing better” melalui “proses revising”.

Begitu juga dengan proses “Editing”, apalagi “Publishing”.

Ternyata, dalam 5 proses tahapan tersebut akhirnya melahirkan proses-proses lainnya yang terdapat dalam setiap proses.

-Prewriting terdapat proses mengikat ide, mempertanyakan diri sendiri, hingga pemanfaatan dunia maya untuk memantapkan tahap perencanaan menulis tersebut.

Diakui atau tidak, lancar atau tidaknya seorang menulis sangat terkait erat dengan penguasaannya pada apa yang akan dia tulis.

-Selanjutnya, proses Drafting, Revising, Editing dan Publishing.

– Proses Drafting harus diawali dengan mempertanyakan pada diri sendiri tentang apa yang sudah dihasilkan dalam proses Prewriting untuk kemudian memulai draft, dengan fakta menarik tentang subjek yang akan dibahas.
Memperkenalkan salah satu poin dari poin utama, bertanya tentang sesuatu, mengutip perkataan seorang tokoh atau dengan cerita singkat.

Apa yang telah dimulai tersebut selanjutnya dijelaskan dengan informasi-informasi yang mendukung, didefinisikan dengan ungkapan yang lebih akrab, dipertahankan dengan fakta-fakta yang terjadi, digambarkan dengan spesifik hingga dibandingkan dan dikontraskan dengan contoh-contoh yang memiliki persamaan atau perbedaan.

Akhirnya, proses drafting itu pun ditutup dengan mengingatkan kembali para pembaca akan ide pokok tulisan, ringkasan akan poin-poin penting, penjagaan titik fokus pembaca dan seterusnya.

Lalu, jika proses drafting tersebut telah selesai, maka seorang penulis akan melanjutkan ke proses Revising, Editing dan Publishing.
-Melakukan proses Merevisi gunanya agar tulisan tampak lebih baik dan Mengedit agar tulisan terlepas dari beberapa kesalahan dan kekurangan yang mungkin muncul.

Setelah itu semua, berpikirlah untuk menerbitkan dan mempublikasikan apa yang telah anda ditulis.

Ada beberapa kelakar yang mengelitik sekaligus memotivasi penulis pemula seperti saya tentang hal ini,
“Jangan berpikir hanya akan menyimpan tulisan Anda di bawah kasur !”
“Apakah tulisan saya sudah benar-benar berkualitas ?”
“Adakah orang yang ingin membaca tulisan saya ?”
“Jika ada yang memuji tulisan saya, apakah karena benar-benar bagus atau hanya sekedar membangkitkan gairah saya saja agar terus menulis ?”

Hahaha…saya tertawa dan sangat tergelitik dalam hati…kenapa pusing….jangan pikirkan hal itu, yuk kita menulis !!!.

Semoga tulisan ini memberi inspirasi & manfa’at.

SAODAH (DO’A GADIS KECIL bagian 2) Agustus 5, 2011

Posted by elindasari in Lain-lain.
Tags: , , , , ,
18 comments

Separuh hari ini hampir kuhabiskan menemani Ibuku berbelanja persiapan untuk lebaran. Aku juga membeli sesuatu buat seseorang. Aku juga sudah merencanakan bahwa aku akan tetap sholat tarawih dan akan sholat di musholla yang berada di tengah kampung itu pada malam hari nanti. Aku ingin memberi surprise buat gadis kecil bernama Saodah yang kutemui dua hari lalu.

Sehabis berbuka puasa aku bergegas mengajak suamiku untuk menemaniku sholat disana. Tapi sayang semua anggota keluargaku hendak sholat di masjid dekat rumah saja. Alasannya penceramahnya kali ini uztas top.

Akhirnya aku hanya berdua saja dengan ibu ke musholla itu.

Aku dan Ibu kali ini dapat shaft agak didepan, karena kami datang agak awal. Tapi yang membuatku sedikit gelisah, Saodah dan sang nenek tak kunjung tampak. Padahal sholat tarawih akan segera dimulai. Selesai sholat tarawih aku bergegas menggulung sejadahku.

Aku dan Ibu masih melihat-lihat, siapa tahu Saodah dan nenek ada di mushola. Tapi sudah hampir habis jamaah yang pulang sang nenek dan Saodah tetap tak saya temui.

Akhirnya aku dan Ibu memutuskan untuk segera pulang ke rumah.

######

Beduk tanda Imsak terdengar, sebentar lagi Azan subuh. Aku memutuskan untuk sholat subuh dengan ayah dan ibu di mushola kampung sekalian menemani mereka mengaji sampai pagi. Aku sengaja tetap membawa sesuatu yang hendak kuberikan buat Saodah untuk antisipasi kalau nanti ketemu mereka disana.

Ei…benar saja, ternyata ketika aku memasuki kaki di halaman mushola aku melihat gadis kecil Saodah. Tapi kali ini hanya bersama dua orang anak lelaki yang sudah agak besar, tampaknya dari gandengan tangannya aku bisa menebak kalau mereka adalah kakak-kakak Saodah.

“Assalamualaikum Saodah”, sapaku dan dibalas “Waalaikumsalam” oleh mereka bertiga.

“Wah, Saodah tidak bersama nenek ?” tanyaku.

“Nanti nenek nyusul tante!”, jawab gadis kecil ini pendek.

Akhirnya kami tiba didalam musholla. Aku mulai membentangkan sejadah dan memakai perlengkapan sholat. Saodah tampak mengambil tempat 2 shaft dibelakangku. Lalu aku melihat Saodah tampak berusaha memasang mukena dari kain dengan bantuan seorang teman perempuannya yang agak besar. Tampaknya hasil mukena buatannya masih berantakan.

“Saodah, Saodah kemari !”, aku memanggil gadis kecil itu sambil melambaikan tangan. Tapi tampakannya Saodah agak ragu untuk menemuiku. Aku tetap memanggilnya beberapa kali sambil tetap melambaikan tangan.
Akhirnya Saodah menemuiku bersama beberapa orang anak perempuan yang agak besar yang membantunya tadi memasang mukena dari kain dan peniti.

“Ini, tante mau kasih Saodah sesuatu, langsung dibuka dan dipakai yah !” ujarku.

Gadis kecil ini hanya mengangguk tanda mengiyakan. Dengan cekatan aku melepaskan mukena kain yang tampaknya baru setengah jadi yang semula dikenakannya. Aku menggantinya dengan memasangkan mukena baru hasil perburuanku kemarin.

Kupasangkan dengan cepat dan akhirnya selesai. Saodah sudah memakai mukena barunya. Dan aku juga memberikannya sebuah sejadah bercorak senada dengan mukenanya. Gadis ini menjadi tampak semakin cantik. Sangat cantik dengan Mukena bermotif kotak-kotak dan sedikit hiasan bunga di sisi bawah dan kepala.

“Gimana, Saodah suka sama Mukena dan sajadah barunya?”, tanyaku kepadanya.
Tapi aku mendapati gadis mungil ini, menangis sesegukan. Yah Tuhan, kenapa dia menangis yah ?. Hatiku menjadi sedikit ciut.

Tapi diselah-selah tangisnya dia mengucapkan terima kasih….”Terima kasih tante !”….Saodah sangat suka mukena baru ini….”Terima kasih tante!”…ucap gadis kecil ini sambil berlari kecil kembali ke shafnya di belakang.

Aku sejenak terdiam. Jujur aku sempat bingung dan hatiku ciut ketika gadis ini tadi menangis. Tapi aku tahu, sebenarnya dia sangat gembira.

Ketika sholat subuh hampir dimulai, diam-diam aku menoleh kearah Saodah. Kulihat gadis kecil ini tampak merona. Wajahnya begitu ceria. Aku lihat dia sangat bersemangat untuk memulai sholat
subuhnya dengan mukena barunya.

saodah (gadis kecil )

saodah (gadis kecil )

Terima kasih yach ALLAH, karena aku telah membuat gadis kecil ini gembira sekali.

Semoga dia semakin rajin sholat setelah ini. Semoga dia menjadi anak soleha. Amien

Semoga tulisan ini membawa manfa’at dan inspirasi.

SAODAH (DO’A GADIS KECIL bagian 1) Agustus 5, 2011

Posted by elindasari in Lain-lain, Renungan.
Tags: , , , , ,
4 comments
Saodah do'a gadis kecil

Saodah do'a gadis kecil

Tak terasa Ramadhan sudah menginjak dihari yang ke 25 di tahun 2009 lalu. Hatiku sangat gembira, karena selain sebentar lagi Lebaran, kali ini aku akan dapat merayakannya bersama keluargaku beserta kedua orangtuaku di kota orang tuaku tinggal .

Sengaja malam itu setelah berbuka puasa, kami sekeluarga pergi sholat tarawih di suatu musholla yang terletak agak diujung gang di sebuah perkampungan. Menurut cerita ayahku, dulu ayah dan ibuku sering sholat disini, sebelum akhirnya di komplek perumahan mereka berdiri sebuah masjid yang lumayan megah.

Kondisi musholanya sederhana, bangunannya separuh batu dan papan difinishing dengan cat warna hijau dan putih. Meski musholla ini sedikit kecil, kondisinya bersih dan rapi, jamaah yang sholat disini, Alhamdullilah banyak, sungguh pemandangan yang menggembirakan hati saya.

Ketika memasuki mushola, saya dan ibuku bergegas meletakkan mencari tempat untuk meletakkan peralatan sholat dan membentangkan sejadah. Tapi sayang saya tidak kebagian shaft bersamaan ibuku.

Musholla ini tetap ramai dikunjungi jamaah meski sudah dipenghujung Ramadhan. Akhirnya saya dapat menempati shaft agak belakang dan bersebelahan dengan seorang nenek bersama cucunya yang berumur sekitar 6 tahun. Sambil tersenyum dan sedikit mengeser sejadahnya sang nenek mempersilahkan saya membentangkan sejadah saya. Sang nenek langsung mengenali saya sebagai pendatang baru.

“Jarang sholat tarawih disini nak ?” sapa sang nenek ramah.
“Iyah, nek…saya baru datang dari Jakarta, saya lagi pulang kampung dan akan berlebaran di rumah orangtua saya !”, jawabku tak kalah ramah.
“O..anak orang Jakarta rupanya, pantas nenek tak pernah lihat”, ujar si nenek lagi.

Ternyata obrolan ringan saya dan sang nenek sangat diperhatikan gadis mungil yang sedari tadi tampak mengamatiku. Gadis kecil ini sepertinya mengamatiku dari ujung kaki hingga kepala. Aku hanya tersenyum, dan jujur sedikit ge-er juga rasanya, dipandangi seperti ini.

“Ini cucu nenek ?”, tanya saya.

“Iyah, ini Saodah, cucuku yang paling kecil. Cucuku ada tiga, yang dua lelaki, sudah agak besar, mereka juga sholat didepan. Mak mereka kerja di Malaysia jadi TKI, bapak mereka sudah tidak ada. Aku yang urus mereka disini”, ujar si nenek sambil memasangkan kain panjang yang dipeniti membentuk mukenah di badan dan muka Saodah.

Saodah tampaknya menurut saja sambil sesekali menyeka rambutnya agar sang nenek mudah memasangkan peniti.

“Dah…selesai, langsung duduk yang rapi yah, agar tak gampang lepas mukenanya !” ujar sang nenek menasehati Saodah.

Sang cucu tampaknya langsung menurut. Tapi dari bola matanya yang lugu aku dapat merasakan sedari tadi kalau dia memperhatikan pakaian dan mukena serta sejadah yang kupakai. Seakan ada keinginan terpendam di hatinya.

######

Selesai sholat tarawih kuperhatikan Saodah kecil masih tampak khusu’ berdoa, matanya dipejamkan, dan tangan kecilnya tampak beberapa kali mengusap mukanya. Kudengar suara Saodah kecil berkali-kali mengucapkan kata-kata yang sama. Lalu dia mengakhirinya dengan kata Amien, dan matanya dibukanya perlahan.

Wow…gadis kecil ini khusu’sekali berdo’a !. Aku salut. Meski usianya masih belia, tampaknya sedari sholat tarawih tadi, dia melakukannya dengan khusu’. Benar-benar gadis mungil yang saleha, pujiku dalam hati.

Sambil membenahi sejadahku, kucoba bertanya pada gadis kecil ini, “Saodah, tadi berdo’a apa saja ?”, rasa ingin tahuku tak dapat kutahan.

Saodah menjawab dengan mimik sedikit malu “Tadi aku berdo’a sama ALLAH, supaya Emak nanti sa’at pulang bawa banyak duit buat nenek, kakak dan Saodah. Saodah kepengen nanti kalau emak pulang bisa beliin Saodah mukena bagus kayak tante. Biar kalau Saodah mau sholat nenek nggak usah pasang peniti-peniti lagi !”.

Subhanallah….hatiku langsung terjerebap rasanya mendengar pengakuan gadis kecil ini yang begitu polos. Aku tersenyum, mendengar pengakuannya.
Terima kasih yach Robbi..lewat sentuhan kalimat dari mulut mungilnya…betapa Engkau telah meningatkanku, bahwa dalam keadaan terbatas apapun, kita harus selalu ingat pada MU, menghadap pada MU, meski dengan kain seadanya.

Yah Robbi, ampunkan hamba Mu yang terkadang lalai, menghadap MU dan terkadang tidak disiplin meski begitu banyak nikmat yang telah KAU beri padaku.

Bersambung di bagian 2

YANG PERTAMA ….. Agustus 3, 2011

Posted by elindasari in Artikel.
Tags: , , , , , ,
11 comments

Waktu menunjukkan pukul 11.30 menit ketika saya menginjakkan kaki di F ood Court Pasar Raya Blok M hari Sabtu, tgl 30 Juli 2011 lalu. Pertemuan Blogger dijanjikan sekitar jam 13.00 di tempat ini. Jadi utk mengisi waktu menunggu saya memesan segelas capucino complete sambil berbb ria dengan Putri (blogger muda yang asyik kalau cerita…hahaha)

Eit…tidak lama berselang saya melihat seorang ibu muda dengan seorang lelaki kecil yang lucu dan menngemaskan. Merekalah yang saya tunggu… Celeb Blog datang !!!

Our Smile, Imelda & Elindasari

Our Smile, Imelda & Elindasari

Yoi…akhirnya pada hari itu saya dapat bertemu langsung dengan mbak Imelda dan putranya Kai, sayang pada hari itu saya tidak berjumpa dgn Riku yah ? (Putra pertama mbak Imelda yang juga sangat menggemaskan kalau lihat dari photo dan cerita2nya di blog). Maklum lebih kurang setahun yang lalu kami sempat mau ketemuan, tapi karena sesuatu hal, jadi belum bisa ketemu. Nah…kebayangkan gimana senangnya saya akhirnya jumpa juga dgn mbak Imelda kali ini, hohoho….

Kai yang menggemaskan

Kai yang menggemaskan

Imelda & Yessy

Imelda & Yessy

Dan…tentu saja sahabat-sahabat blogger lainnya yang akhirnya pada berdatangan.

Mereka adalah Yessy, Mbak Diadjeng beserta seorang putrinya, Bunda Edratna beserta putra pertamanya yang juga seorang blogger Narpati, Bang Herry (yang ternyata jebolan Gontor), Kika Syafii, Reti dan lelaki mungilnya yang lucu Moza (yg baru berumur 7 bulan) lengkap keluarganya, Bang Isro (Penggemar Sepeda Ontel) beserta Isteri tercinta, Retty Hakim, Elizabeth (fans nya mbak Imelda), dan satu lagi ma’af namanya lupa ? pakai kaos wayang warna hitam….hahaha…

Bang Herry, Mbak Imelda, Kai, Retty+Moza, Yessy, Mbak Diajeng, Bunda Edratna, Narpatih, Elindasari, Bang Iso+Isteri

Bang Herry, Mbak Imelda, Kai, Retty+Moza, Yessy, Mbak Diajeng, Bunda Edratna, Narpatih, Elindasari, Bang Iso+Isteri

Bergaya ala Kai

Bergaya ala Kai

Mas berkaos wayang, Mbak Imelda, Bang Herry, Narpati

Mas berkaos wayang, Mbak Imelda, Bang Herry, Narpati

Kesan saya ternyata para blogger itu nyambungnya tidak hanya di dunia maya, di dunia nyatapun ternyata tidak kalah seru dan ramai. Meski semua baru pertama kali bertatap muka langsung dengan saya (kecuali Bang Isro utk kedua kali) …. semuanya pada asyik diajak ngobrolnya. Dari bahas a sampai z. Mulai dari cerita pengalaman-pengalaman lucu, berbagi / sharing, cerita keluarga, wah….sepertinya kita-kita nggak bakal bubaran kalau bandnya pasar raya mulai manggung.

Berhubung senja sudah menjelang, band Pasar Raya mulai mentas dengan lagu-lagu menyambut Ramadhannya, suaranya yang lumayan bagus tapi sayang lumayan kencang (otomatis kita jadi nggak bisa ngobrol seru lagi), akhirnya kita menyudahi pertemuan hari itu.

Di hati saya hari itu adalah hari pertama tatap muka dengan sahabat-sahabat semua dan saya berharap akan ada lagi hari selanjutnya utk pertemuan kita lagi.

So nice and so happy day !!!

Terima kasih buat sahabat blogger semua, semoga tali asih kita selalu terbina !.

Special thanks buat mbak Imelda yang memprakarsai temu blogger ini.

Miss you all….BLOGGER….see you next time….

Sepenuh HATI pasti sampai ke HATI Juli 29, 2011

Posted by elindasari in Renungan.
Tags: ,
3 comments
do everything with your heart

do everything with your heart

Sa’at makan siang kemarin saya sempat berbincang dengan seorang sahabat yang juga anggota GNC (Gading Nite Carnival) tentang property-property carnival dan concept-concept carnival. Kebetulan bbrp hari yg lalu sahabatku ini menyempatkan diri utk menyaksikan event tahunan JFC (Jember Fashion Carnaval) dan menceritakan padaku pengalamannya kali ini. Saya tahun ini tidak bisa ikut ke Jember, hem…jadi cukup penasaran akan ceritanya.

Secara tak sengaja saya bertanya, “bagaimana caranya menciptakan sebuah concept carnival, sehingga bisa begitu banyak disukai banyak orang (dalam & luar negeri) ?”.

Sahabat saya pun menjawab, “Oooo, itu pasti butuh inspirasi, dan sesuatu itu harus lahir dari Hati, karena pastinya sampai ke Hati !”. Hati banyak orang maksudnya.

Wowwwww, Terkadang kita terlalu melebih-lebihkan sesuatu agar bisa diresapi orang, atau agar bisa disukai orang.

Dunia yang berhubungan dengan seni memang tidak terbatas, dan sangat mengutamakan perasaan didalamnya.

Jika kita hanya bersandar pada logika dan skill semata, itu bagus, tapi sebenarnya itu tetap kurang, bahkan masih kurang.
Akan lebih mantap jika “EVERYTHING” itu kita lakukan atau ciptakan dari hati kita.

Meskipun terkadang tampak sederhana tetapi itu akan membuahkan hasil yang lebih maksimal. Mungkin sesuatu yang sederhana tetapi itu yang TERBAIK dan dilakukan dengan TULUS itu akan lebih OPTIMAL hasilnya.
So…pendek cerita, tidak cuma di dunia yang berhubungan dengan seni, dalam kehidupan sehari-haripun saya rasa kita perlu melakukan sesuatu yang tulus dari dalam hati kita.

Kita perlu “memberi spirit dalam diri kita sendiri” bahwa yang kita lakukan dari hati kita, dengan sepenuh hati kita dan kita perlu “melakukan”nya dalam setiap activitas kerja kita, karena kita mencintai apa yang kita lakukan, terutama dalam melakukan pekerjaan .

Insya ALLAH apabila kita dengan melakukannya dengan sepenuh hati kita, dengan cinta, maka kita akan menuai hasil yang OPTIMAL, yakinlah ! God with Us, Always !!!

Semoga memberi inspirasi !

NIKMATNYA BERTUALANG JAJANAN KAMPOENG TEMPO DOELOE- JFFF 2011 DI LA PIAZZA MKG Juni 17, 2011

Posted by elindasari in Lain-lain.
Tags: , ,
7 comments

Selasa, 17 mei 2011 lalu, saya beserta suami dan dua orang anak saya menyempatkan diri berkunjung ke Kampoeng Tempo Doeloe di area La Piazza MKG yang telah berdandan dengan suana Pesisir dan kampung nelayan untuk kali ini. Pada hari yang sama pula saya dan rekan-rekan karyawan-karyawati PT. Summarecon Agung yang tergabung dalam Summarecon Culiner Club (SCC) resmi dibentuk. Dengan diresmikannya SCC ini kami segenap anggota memulai petulangan jajanan di KTD yang tampak sangat ramai pengunjungnya ini.

SCC diresmikan

SCC diresmikan

Pak Soegianto Nagaria meresmikan SCC

me and fam

me and fam

Erna, suami & 2 anak siap bertualang di KTD

Oyah, ternyata di KTD ini ada hal unik lho. Di kawasan jajanan ini jika kita ingin berbelanja kita harus menukarkan uang dulu dalam mata uang “Tempo Doeloe”. Perbandingan nilai mudah saja, setiap nominal uang Rp. 1000,- sekarang, akan ditukar dengan uang tempo doeloe senilai Rp. 1,-.
Kita tidak perlu khawatir uang yang kita tukarkan tersebut kebanyakan / khawatir tidak habis, karena bila ternyata uang tsb tidak habis kita belanjakan makanan dan minuman, kita dapat menukarkannya kembali (refund) dalam nilai nominal semula di loket kasir.

uang KTD

uang KTD

Uang saya yang sudah saya tukar jadi uang KTD

Uang KTD yang Unik

Uang KTD yang Unik

Uang KTD yang Unik

Secara tata letak antar penjual jajanan sudah lumayan terkelompok menurut jenis makanan dan minuman. Hanya dari sisi mendapatkan tempat duduk agak sulit, karena membludaknya pengunjung di area ini. Untungnya saya beserta rekan-rekan SCC sudah memesan tempat terlebih dahulu disisi stand wine dan cheese, sehingga kami tetap bisa menikmati jajanan dengan santai. Sambil menikmati makanan yang dibeli sayup-sayup terdengar alunan live musik yang bernuasa tradisional. Diterangin lampu yang agak temaram membuat suasana pesisir lumayan terasa disini.

Bukan Sekedar “Nasi Ayam & Nasi Bebek Kaleyo”

Sa’at memasuki area KTD, si sulung langsung tertarik untuk mencicipi hidangan nasi bebek dan nasi ayam kaleyo yang ditawarkan di salah satu standnya.
Dengan berbekal uang jadoel KTD Rp. 25 (setara Rp. 25.000,-) saya mendapatkan nasi bebek, sepotong tahu+ tempe lengkap sambal dan lalapan. Begitu juga untuk seporsi nasi ayam, sepotong tahu +tempe sambal dan lalapannya, mereka menjualnya dgn harga yang sama.

Meski menunggu agak lama (+/- 15 menit) karena ternyata peminat makanan ini lumayan banyak akhirnya saya dan anak saya mendapatkan juga porsi yang kami tunggu. Nasi yang masih hangat dan gorengan bebek dan ayam yang masih panas, krn baru diangkat dari penggorengan yang berukuran super jumbo.
Penjual menyajikan porsi makanan dalam sebuah senik (anyaman bambu) yang dilapisi daun pisang yang dibentuk bundar mengikuti ukuran senik sebagai pengganti piring. Terlihat begitu kental tradisionalnya. Tapi sayang sa’at tiba giliran saya, seniknya habis, jadi diganti dgn piring plastik biasa, tapi sajiannya tetap menarik.

eunakkkk

eunakkkk

Nasi Ayam goreng Kaleyo yang mengoyang lidah

Ketika saya dan anak saya menyantap hidangan ini, wow… rasa daging bebek dan ayamnya benar-benar yummy…bumbu rempah yang terdiri dari kemiri, kunyit, jahe, seray, lada dan ketumbarnya langsung dapat saya rasakan begitu pas di lidah. Ditemani sambal tumis cabe ijo yang pedas, sedikit kecap manis dan lalapan daun kemangi, bbrp potong irisan ketimum dan kol yang dipotong kecil melengkapi hidangan ini. Rasa tahu dan tempe gorengnya juga terasa pas di lidah dan digoreng garing. Sensasi rasa yang ditawarkan agak berbeda dari ayam atau bebek yang pernah saya cicipi. Bumbunya begitu meresap kedalam dagingnya. Asin, pedas, manis dan aroma rempah terasa begitu menyatu.
Saking enjoy menikmati nasi bebek dan ayam kaleyo ini saya dan anakku meninggalkan bersih daging bebek dan ayam dari tulangnya. Wadow…mantap tenan sobat !. Saya yakin kalian juga pasti suka…

Santapan Nasi Bebek & Ayam Kaleyo
(Photo menyusul yach )

Bumbu rempahnya terasa sangat khas
(photo menyusul yach)

Gegret “Tahu Super Pong Lym” Yang Khas

Menikmati jajanan di Kampoeng Tempoe Doeloe kali ini rasanya tidak lengkap bila tidak mengemil makanan ini sebagai teman untuk menikmati nasi bebek dan nasi ayam kaleyo yang terhidang di hadapan saya.
Dengan merogoh kocek senilai Rp. 15,- (setara 15.000,-) saya mendapatkan satu kotak tahu super pong “Lym” yang sudah terkenal dari Kediri dan enak ini. Meski agak sedikit berjuang karena antrian pembeli seperti ular untuk mendapatkan satu kotak tahu yang masih dalam keadaaan panas. Akhirnya putra saya berhasil mendapatkan sekotak tahu lym dlm keadaan panas karena baru saja diangkat dari penggorengan.

Tahu Lym dikemas dlm kotak berwarna merah kuning yang cantik yang berisi 15 potong tahu, sebungkus sambal kecap dan beberapa potong cabe rawit untuk satu porsinya.

Tahu Super Pong Lym yang Terkenal
(photo menyusul)

Dan ketika kami mengigit hangatnya tahu itu, rasanya antri yang panjang tadi terbalas sudah. Tahu super pong Lym memiliki ciri khas tersendiri. Tektur tahunya terlihat keras tapi sa’at digigit kulit tepungnya crispy dan tahunya terasa lembut dengan rasa sedikit asin tapi pas di lidah. Digoreng dgn minyak panas dengan tekanan tinggi, dibalur sedikit tepung dan rasa tahu yang sedikit asin lalu dicocol dengan sambal kecap yang khas serta tak lupa mengigit sedikit cabe rawit, wadow…terasa mantap dilidah. Yang digoyang, 15 potong tahu Lym pun ludes masuk ke peruk. Enak tenan, sobat penasaran rasanya ?. Coba aja dech dijamin nggak kecewa !.

Segarnya menyeruput “Es Jeli Medan”

Rasanya makan yang hangat-hangat akan semakin lengkap bila minuman yang akan kami seruput adalah minuman yang menyegarkan. Sambil melirik ke sesama pengunjung KTD yang ramai, mata saya tergoda dengan minuman yang berwarna-warni ini. Kaki sayapun segera mengikuti barisan antrian yang ternyata sangat panjang untuk mendapatkan minuman segar yang jadi favorit pengunjung KTD ini.
Bagaimana tidak untuk mendapatkan semangkok Es Jeli Medan ini saya tak kurang menghabiskan waktu setengah jam. Ampun, demi semangkok kesegarannya saya rela. Ternyata setelah es ini di tangan, tak rugi rasanya saya harus merogoh kocek Rp. 23,- (setara Rp. 23.000,-) untuk satu porsi complete Es Jeli Medan ini.

Kuah minuman ini didominanasi rasa leci yang dicampur sedikit susu, terdapat berbagai macam bentuk jeli yang memikat hati. Ada yang berbentuk bunga mawar, hati, pesawat, topi, ikan, kupu-kupu, bibir pokoknya lucu. Selain itu terdapat juga potongan buah segar seperti mangga, leci, strawberry, jeruk honey, dan 2 potong jeruk kecil untuk tambahan rasa. Ada campuran selasih dan pacar cina berbentuk mutiara berwarna hijau, putih dan merah, semakin memikat tampilan es jeli ini. Natural, dingin, sehat dan segar itulah kesan saya menyeruput minuman ini. Pokoknya kalau ada yang belum pernah mencicipin minuman ini saya mereferensikannya utk ikut menikmatinya.
Rasanya bikin ketagihan.

es jeli medan

es jeli medan

Es Jeli medan yang menyegarkan

“Es Cincau Hijau” Yang Menyehatkan

Di KTD juga ternyata menjual Es Cincau Hijau. Untuk minuman kali ini saya tidak perlu antri panjang. Hanya sempat mengantri tak lebih 5 menit untuk 2 gelas es cincau hijau, dan es cincau hijau ini sudah ada ditangan. Harganyapun tergolong terjangkau, cukup Rp. 6,- (setara Rp. 6.000,-) saja per porsinya.
Terbuat dari daun cincau hijau yang dihancurkan lalu sarinya mengental berbentuk agar-agar, diberi campuran santan kental, gula merah yang sudah dicairkan, gula putih yang sudah dicampur air yang sudah ditanak dan sedikit es batu. Sa’at meneguk kesegaran es cincau hijau ini saya juga mencium aroma segar daun pandan yang wangi.
Ternyata minuman es cincau hijau ini tak hanya menyegarkan tapi mempunyai beberapa khasiat buat kesehatan seperti mengatasi panas dalam, sariawan, melancarkan bab, dan tentu saja obat mujarab bagi yang kehausan.
Yuk yang ingin bergabung menyeruput minuman segar ini, mari …

es cincau hijau

es cincau hijau


Es Cincau Hijau yang menyehatkan

Es cincau bagai obat mujarab bagi yang haus

Teringat Masa Kecil Lewat Jajanan “Kue Putu Bambu” Yang Menggoda

Tuttttttt….lengkingan panjang bunyi kaleng rebusan yang diatasnya dihinggapi banyak calon kue putu bambu diatasnya. Calon kue putu bambu ini bertengger agar matang oleh uap air yang naik keatas karena tekanan air panas. Pemandangan ini sontak mengingatkan saya ke masa kecil saya dulu.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung berbaris menyelinap diantrian beberapa orang anak kecil dan ibu-ibu yang hampir sebaya umur denganku. Ternyata untuk mendapatkan kue putu bambu ini saya menghabiskan waktu sekitar 15 menit, karena ada seorang ibu di depanku yang memborong kue putu bambu ini sekitar 50 potong.
Wadow, hati saya mulai tergerak goyah karena untuk mematangkan sepotong kue ini berkisar 3 menit, sekali angkat sekitar 15 potong. Tapi naluri kecil saya mengelitik semangat nakal, kapan lagi saya bisa menikmati kue putu bambu yang benar-benar hangat, fresh from the oven. Dan kali ini saya mulai mengulangi kebiasaan kecil saya dulu. Sesekali tangan saya gatal ikut memegang potongan kue putu bambu dari tempatnya di tenggerkan. Wowwww…panas…sontakku sambil meniup tanganku yang bandel dan disambut senyum si penjual kue putu bambu yang ramah.
Harga untuk sepotong kue putu bambu ini dibandrol Rp. 2.5,- (setara Rp. 2.500,-). Untuk pembelian yang dibawah pulang penjual menyajikannya dalam kemasan plastik transparan. Tapi bagi yang ingin langsung menyantapnya di tempat, penjual langsung menyajikannya di piring plastik kecil yang dilapisi daun pisang. Hem… aroma harum vanilinya mengelitik untuk segera dicicipi.

kue putu bambu

kue putu bambu

Kue Putu Bambu “Nostalgia” yang hangat

2 kotak plastik kue putu bambu siap diboyong ke rumah
(photo menyusul)

Kue putu bambu ini terbuat dari bahan yang sederhana saja. Tepung beras yang dicampur sedikit tepung ketan, diisi gula merah yang sudah dicacah halus untuk bagian tengahnya dan sedikit campuran vanilli untuk aromanya. Lalu dimasukan kedalam sepotong bambu kecil yang ditutupi dengan lempengan aluminium untuk lubang bagian bawahnya. Kemudian utk mematangkannya diletakkan di atas uap air yang berbentuk kaleng yang berlubang-lubang. Setelah matang untuk mengeluarkannya disodok dengan sebilah bambu bulat agar kue putunya keluar. Lalu ditaburi sedikit kelapa muda parut agar terasa gurih untuk mengimbangi rasa manis dari gula merah yang mencair.
Hangat, manis, gurih dan wangi itulah kesan saya sa’at mengigit sedikit demi sedikit kue putu bambu yang hangat ini. Selintas kenangan masa kecilku melayang ringan bersama gigitan demi gigitan kue nostalgia ini…yummy…kenangan yang takkan terlupa.

Sampai jumpa di KTD-JFFF tahun depan, 2012.

Eksplorasi Negeri Tropis di Gading Nite Carnival JFFF 2011 Mei 19, 2011

Posted by elindasari in Lain-lain.
Tags: , , , ,
10 comments

Agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) kali ini diawali dengan kemeriahan Gading Nite Carnival (GNC).

Sebagai satu-satunya karnaval di Indonesia yang diselenggarakan pada malam hari ini dan merupakan pelopor karnaval meriah di malam hari, tahun ini Gading Nite Carnival memilih tema ”Eksplorasi Negeri Tropis”, yang diselenggarakan pada Opening Night JFFF, Sabtu 14 Mei 2011 jam 6 malam.

Pemilihan tema ini berhubungan dengan wilayah Indonesia yang merupakan negara tropis dengan berbagai kelebihannya. Berbagai kelebihan negara tropis inipun dituangkan dalam konsep karnaval kali ini, melalui penampilan ratusan peserta yang masing-masing menghias diri dan berkostum unik, sementara mobil hias tampil dengan atraksi penuh warna.

Dengan rute mengelilingi Sentra Kelapa Gading, rombongan Gading Nite Carnival start dari depan Gedung Parkir La Piazza. Sejumlah tarian aktraktif dan permainan perkusi meramaikan sequence pembuka dan dilanjutkan dengan atraksi dari pengisi acara berikutnya, diantaranya menghadirkan ondel-ondel besar, atraksi engrang dan pertunjukkan penari jalanan yang atraktif dan membakar semangat.

Selain itu mobil hias JFFF dan Face Icon JFFF 2011, parade desainer, atraksi kreativitas dari siswa-siswi Esmod dan parade Jember Fashion Carnival yang selalu memukau juga tampil.

Para penonton bisa duduk di beberapa atribute yang telah disediakan oleh panitia dgn membeli tiket masuk, maupun dapat juga menonton di sepanjang rute yang dilalui secara gratis.

Di sequence Food ada mobil hias Wine & Cheese yang dikelilingi berbagai macam karakter yang lucu dan memukau serta penampilan dari penari-penari dan tokoh dari Kampoeng Tempo Doeloe. Carnival Beach Party dengan iringan penari Irian Jaya dan Fire Dancers. Penggagas JFFF, Summarecon pun turut menurunkan para punggawanya dengan parade dari karyawan Summarecon serta penampilan yang gegap gempita dari Bina Charaka Marching Band.

Puncaknya, ribuan kembang api ditembakkan dari sejumlah titik strategis di sekitar Sentra Kelapa Gading ke langit diatas Summarecon Kelapa Gading, sebagai penanda resminya pembukaan Jakarta Fashion and Food Festival 2011 yang berlangsung mulai 14 – 29 Mei 2011 di Sentra Kelapa Gading.

Gading Nite Carnival dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Bapak Fauzi Bowo dan Chairman of JFFF, Soegianto Nagaria.

The Sequence of Gading Carnival :

Opening Act
Menghadirkan Tarian kontemporer oleh Sura, Perkusi Samba serta Tarian Bendera akan menjadi pembuka dimulainya Gading Nite Carnival.

Sequence – Jakarta
Menghadirkan boneka besar khas Jakarta, ondel-ondel yang tampil beda dari biasanya karena kali ini ondel-ondel tampil lebih bergaya dengan kostum versi pesisir. Diikuti dengan penampilan pemain engrang/jangkungan dengan kostum warna-warni bergaya tropical style serta sebuah Tarian drama “Perahu Nelayan.”

Sequence – Fashion
Gading Nite Carnival juga menampilkan pertunjukan fashion spektakuler di seputar Sentra Kelapa Gading. Diantaranya penampilan Face Icon JFFF 2011, Prinka Cassy untuk pertama kalinya dihadapan publik diatas kendaraan hias berbentuk kembang sepatu, 25 penari yang memeragakan hasil karya dari designer partisipan – diarak menggunakan becak hias. Berbagai karakter serta ragam pertunjukan juga akan mewarnai sequence ini, seperti penampilan Jember Fashion Carnaval (JFC), lomba flora fashion hingga drama theatrical oleh mahasiswa ESMOD dengan tema “Raja Ampat Papua Pesisir dan Villagers Tribe”.

Sequence – Food
Perpaduan Western dan tradisional dihadirkan dalam Sequence Food. Kendaraan hias berbentuk Wine sebagai tanda hadirnya Wine and Cheese Expo di JFFF. Hadir pula iring-iringan penari dengan menggunakan tuxedo serta kostum bavarian, penari meneer dan penari Cina, serta beragam karakter menarik dengan kostum seperti karakter telor, sendok garpu, koki dan penggorengan, yang menggambarkan aktifitas di Kampung Tempo Doeloe.

Sequence – Entertainment
Sequence ini dibuka oleh karakter bertema flora, dilanjutkan dengan Carnival Beach Party yang menampilkan drama “Night Tropical Party” yang dimeriahkan oleh penari Papua dan beberapa penari dengan kostum body painting yang colourful. Penampilan DJ diatas kendaraan hias pun diiringi fire dancer, fire eater dan fire fingers. Dilanjutkan dengan arak-arakan karyawan Summarecon yang mengiringi kendaraan hias berbentuk Gurita. Penampilan marching band Binacaraka serta pesta kembang api spektakuler menjadi pertanda dimulainya rangkaian kegiatan Jakarta Fashion & Food Festival 2011.

FOTO-FOTO GADING NITE CARNIVAL 2011

Persiapan make up Tim GNC

Persiapan make up Tim GNC

Gotong royong mempersiapkan penampilan yang terbaik : karyawan sebagai tim make-up

Anak Karyawan juga berpartisipasi dlm tim GNC

Anak Karyawan juga berpartisipasi dlm tim GNC

Beberapa karyawan dan anak karyawan berpose menjelang dimulainya Gading Nite Carnival

My Friend Flora in Property GNC

My Friend Flora in Property GNC

My friend Vera in Property GNC

My friend Vera in Property GNC

My Friend Ivan in Property JFC

My Friend Ivan in Property JFC

Smiling faces from carnival participants (Jember Fashion Carnaval & Tim GNC Karyawan SA)

We are in Carnival Property

We are in Carnival Property

Keriaan yang menerangi karnaval malam hari

GNC in  Property

GNC in Property

Rombongan Tim GNC Karyawan Summarecon dengan kostum bertema “kehidupan di bawah laut” : dari ombak, terumbu kerang sampai dengan kepiting, udang, kuda laut dan ubur-ubur

Mobil hias Gurita Raksasa

Mobil hias Gurita Raksasa

Arak-arakan karyawan Summarecon yang mengiringi mobil hias gurita sebagai parade terakhir sebelum pesta kembang api dimulai

Pesta kembang api yang memukau

Pesta kembang api yang memukau

Musical Fireworks lights up the night in Sentra Kelapa Gading

Karnival tahunan sebagai “pesta rakyat” yang dinikmati berbagai lapisan masyarakat.
Makin tahun, makin kreatif….

Me and my sons

Me and my sons

Semoga artikel ini memberi inspirasi dan manfa’at.

SEJENAK … April 29, 2011

Posted by elindasari in puisi.
Tags: , ,
13 comments
SEJENAK

SEJENAK

Dalam hitungan hari yang terus berlari,
Nanti sa’at tiba waktunya,
Kita pasti merasa lelah dan terhenti,
Hari ini atau lusa nanti,

Entah,

Tapi,

Ada satu hal yang pasti,
Dan takkan pernah berhenti,

Yaitu:
lmu yang bermanfaat,
Yang senantiasa diamalkan,

Sesungguhnya,

Setiap ilmu yang kita memilikI,
Hendaknya kita senantiasa berbagilah dengan ikhlas,

Niscaya,

Hal itu akan menjadi amal ibadah, Yang takkan pernah putus !